13 Januari 2010

Sang Pemimpi

nilah sekuel Laskar Pelangi yang booming itu, Sang Pemimpi, diadaptasi langsung dari novel karya Andrea Hirata yang berjudul sama yaitu Sang Pemimpi. Bener, ini film yang ditunggu-tunggu tahun ini, kenapa? Buat saya, Sang Pemimpi adalah salah satu novel terbaik yang pernah saya baca, malah lebih baik dibandingkan dengan Laskar Pelangi. Jujur saja, saya lebih dulu beli buku Sang Pemimpi baru kemudian beli Laskar Pelangi, otomatis yang dibaca duluan ya Sang Pemimpi.

Novelnya memberikan semangat mengejar mimpi tak kalah baik dengan filmnya. Riri Riza dengan sangat baik mampu mengadaptasi setiap detil yang paling menarik di novel Sang Pemimpi menjadi satu tontonan segar khas cerita anak Belitong yang mulai ABG

Kisahnya masih tetap tentang Ikal (Kecil diperankan tetap oleh Zulfany, Remaza diperankan Vikri dan dewasa diperankan Lukman Sardi) tapi bukan lagi dengan teman-teman dari laskar Pelangi, melainkan sepupunya Arai (Remaja diperankan Rendi dan dewasa diperankan Nazril Ilham) plus Jimbron (diperankan Azwir). Sesuai judul, ini cerita tentang mimpi-mimpi Ikal dan Arai untuk sekolah ke Sorbonne, Paris.
Ikal, Arai dan Jimbron meneruskan sekolah di SMA Manggar juga kerja paruh waktu dengan niat mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk meneruskan sekolah ke Jakarta lalu melanjutkan mimpi ke Paris. Namun, mimpi itu tidak dengan mudah bisa tercapai, banyak rintangan yang harus dilalui dan yang paling berat adalah ketika Ayah Arai harus di PHK dari PN Timah. Seketika itu mimpi-mimpi Ikal luntur tapi tidak dengan Arai.
Hal yang paling mengharukan ya, ketika Ayah Ikal mengambil rapor Ikal dengan tetap tersenyum walau harus duduk dibaris paling akhir dalam pembagian rapor. Sama seperti novelnya, inilah scene yang paling mengharukan buat saya. Saya hanya berharap saya dan suami bisa menjadi ibu dan ayah nomer 1 di dunia amin…

Entah, saya harus memberikan nilai berapa pada film ini, mungkin 8,5/10
Riri Riza sangat pandai mengadaptasi novel Andrea Hirata menjadi perwujudan yang hampir sesuai dengan yang saya bayangkan, kecuali Arai dewasa. Saya hanya kecewa, kenapa Arai dewasa harus diperankan Nazril Ilham alias Ariel Peterpan? Bukan, bukan… karena saya tidak suka dengan Ariel, tapi saya rasa perwujudan Ariel dewasa harusnya lebih gagah, lebih kuat, lebih keras. Kenapa ga sekalian aja ya Ikal dan Arai dewasa juga diperankan oleh orang Belitong? Mungkin lebih kena logat ‘boy’-nya.
(http://nike.rasyid.net/2009/12/review-film-sang-pemimpi.html)