10 April 2012

Enak Anyer apa panarukan ya...? Jalan Raya Pos (De Grote Postweg ) adalah jalan yang terbentang dari Anyer sampai Panarukan yang panjangnya kurang lebih 1000 km. Dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda Herman Willem Daendels (1762-1818). Dengan tangan besinya jalan itu diselesaikan hanya dalam waktu setahun saja (1808). Sumber Inggris melaporkan seluruh korban yang tewas akibat pembangunan Jalan raya Pos sebanyak 12.000 orang. Itu yang tercatat, diyakini jumlah korban lebih dari itu. Tak pernah ada komisi resmi yang menyelidiki. Daendels, marsekal yang diangkat menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda oleh Napoleon (saat itu sedang menguasai Belanda), bertujuan untuk antisipasi serangan angkatan laut Inggris, yang saat itu telah memblokade Pulau Jawa. Tahun 1808, Daendels tiba di Anyer, setelah melalui perjalanan panjang melalui Cadiz di Spanyol Selatan, Kepulauan Kanari, menggunakan kapal berbendera Amerika dari New York. Ketika baru saja menginjakkan kakinya di Pulau Jawa, Daendels berangan-angan untuk membangun jalur transportasi sepanjang pulau Jawa guna mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Angan-angan Daendels untuk membangun jalan yang membentang antara Pantai Anyer hingga Panarukan, direalisasikannya dengan mewajibkan setiap penguasa pribumi lokal untuk memobilisasi rakyat, dengan target pembuatan jalan sekian kilometer. Yang gagal, termasuk para pekerjanya, dibunuh. Kepala mereka digantung di pucuk-pucuk pepohonan di kiri-kanan ruas jalan. Jalan Raya Pos menghubungkan kota-kota berikut: Anyer- Serang- Tangerang- Jakarta- Bogor- Sukabumi- Cianjur- Bandung- Sumedang- Cirebon- Brebes- Tegal- Pemalang- Pekalongan- Kendal- Semarang- Demak- Kudus- Rembang- Tuban- Gresik- Surabaya- Sidoarjo- Pasuruan- Probolinggo- Panarukan. Sebagian jalur Jalan Raya Pos (De Grote Postweg ) yang dibangun oleh Daendels merupakan bagian dari jalan desa yang dirintis dan ditempuh pasukan Sultan Agung saat menyerang Batavia tahun 1628 dan 1630. Sampai di kota Sumedang pembangunan jalan harus melalui daerah yang sangat berat ditembus, di daerah Ciherang Sumedang, yang kini dikenal dengan nama Cadas Pangeran. Di sini para pekerja paksa harus memotong pegunungan dengan peralatan sederhana, seperti kampak, dan lain-lain. Dengan medan yang demikian beratnya untuk pertama kalinya ada angka jumlah korban yang jatuh mencapai 5000 orang. Penguasa daerah Sumedang pada saat itu Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828 ) yang lebih populer dengan sebutan Pangeran Kornel memprotes Daendels atas kesemena-menaan dalam pembangunan jalan itu dengan jalan membalas jabat tangan Daendels dengan tangan kiri. Jalan ini telah menjadi saksi bisu lalu lintas berbagai barang komoditas yang diangkut melintasinya sejak masa penjajahan hingga sekarang. Kini, diusianya yang ke 200 tahun, Jalan Raya Pos telah berperan sebagai salah satu urat nadi utama perekonominan Indonesia, khususnya di Pulau Jawa Setiap jarak 30-40km terdapat Gardu Pos untuk menggantikan kuda yang membawa Kereta-Pos. Lama-kelamaan disekitar gardu Pos terbentuk Desa atau kota. Dulu sebetulnya hanya tempat kandang kuda kereta pos. Sehingga pengiriman Pos terus berjalan sampai ditujuan. Sekarang jika diperhatikan jarak antara tiap kota sepanjang Pantura sekitar 30-40km.